Hot
    Responsive Ads
    Home Wanita

    Perempuan Adat Yenbuba Jadi Garda Depan Restorasi Karang Raja Ampat

    2 min read

    -
    Perempuan Adat Yenbuba Jadi Garda Depan Restorasi Karang Raja Ampat

    Yoshua Murdani
    Tim Redaksi

    Perempuan Adat Yenbuba Jadi Garda Depan Restorasi Karang Raja Ampat
    HARIANEXPRESS.com/ABDUL KHAIR

    JAKARTA, HARIANEXPRESS.com - Tujuh tahun setelah insiden kapal pesiar Caledonian Sky yang menghancurkan ribuan meter persegi terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat Daya, sebuah proyek pemulihan mulai dijalankan. Uniknya, pemulihan ini melibatkan perempuan masyarakat adat Yenbuba, yang berperan langsung merestorasi ekosistem laut menggunakan teknologi transplantasi karang.

    Keterlibatan perempuan adat dianggap krusial. Mereka bukan hanya penjaga kearifan lokal, tetapi juga pemilik pengetahuan tradisional tentang laut yang diwariskan lintas generasi.

    Insiden Caledonian Sky pada 4 Maret 2017 merusak lebih dari 1.600 meter persegi terumbu karang, area yang setara tiga lapangan bola. Kapal mewah berbobot 4.200 ton itu kandas di Pulau Kri saat air surut, menghancurkan spesies karang langka dan ekosistem laut yang menjadi kebanggaan dunia.

    “Karang-karang di sekitaran lokasi itu hancur karena kandas kapal dan minyaknya. Saat kapal didorong keluar, kerusakannya makin parah,” ujar Aleksina Unpain, perempuan adat Yenbuba berusia 30 tahun.

    Baginya, laut adalah sumber kehidupan. “Kalau terumbu karang rusak, kami tidak bisa buat apa-apa. Dari laut kami menikmati hasil, jadi kami harus menjaganya,” tuturnya.

    Proses negosiasi penyelesaian sengketa antara pemerintah Indonesia dan pihak kapal berlangsung panjang, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Akhirnya, tercapai kesepakatan bahwa perusahaan pemilik kapal dan pihak asuransi mendanai proyek restorasi bernilai jutaan dolar.

    “Kerusakan yang ditimbulkan sangat masif, sehingga pemulihan harus segera dilakukan,” kata Djanuar Arifin, pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

    Proyek ini mencakup rehabilitasi area terdampak langsung seluas 3.797 meter persegi serta area rusak tidak langsung seluas 19.232 meter persegi.

    Restorasi dilakukan dengan metode transplantasi karang modern, seperti reef star berbentuk struktur baja heksagonal dan teknik mikro-fragmentasi yang mempercepat pertumbuhan karang. Proses ini dipimpin ilmuwan dari Universitas Hasanuddin (Unhas), bekerja sama dengan BLUD Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat dan mitra lokal.

    “Kami berharap karang-karang yang ditanam tumbuh cepat, menutupi kerusakan, dan mengembalikan fungsi ekosistem,” ujar Syafyudin Yusuf, ahli biologi terumbu karang Unhas.

    Ia menambahkan, keterlibatan masyarakat adat adalah kunci keberhasilan. “Dengan melibatkan mereka sejak perencanaan, penanaman, hingga evaluasi, kami pastikan karang akan terus terjaga.”

    Sekitar 80 persen tenaga restorasi berasal dari kelompok perempuan Yenbuba. Mereka menanam fragmen karang, merawat bibit, hingga menjaga area laut dari aktivitas yang merusak.

    “Saya senang sekali, karena seperti kebun yang rusak lalu dibantu ditumbuhkan kembali,” kata Elisabet Kikio (52), perempuan adat Yenbuba.

    Ia menambahkan, “Mudah-mudahan berhasil dan bisa berguna, bukan hanya untuk kami, tapi juga anak cucu di masa depan.”

    Upaya ini juga mendapat apresiasi wisatawan. Anique Van Tol, turis asal Belanda, menilai pelibatan warga lokal dan turis sangat baik.

    “Sebagian besar turis peduli pada lingkungan. Saya pikir bagus juga kalau wisatawan bisa ikut terlibat,” ujarnya.

    Hingga Mei 2025, lebih dari 2.000 unit reef star berisi fragmen karang telah ditanam di area rusak.

    Bagi perempuan adat Yenbuba, restorasi ini bukan hanya soal ekologi, melainkan soal masa depan.

    “Saya mau anak cucu saya menikmati terumbu karang seperti saya. Harapan saya, rawatlah laut dengan baik-baik. Jangan sembarangan merusaknya,” tutur Aleksina Unpain penuh harap.

    Restorasi ini diharapkan selesai pada 2026. Namun, bagi masyarakat adat, perjalanan menjaga laut tidak akan pernah selesai. Mereka adalah saksi sekaligus garda depan pelindung ekosistem laut Raja Ampat, warisan dunia yang tak ternilai.

    Komentar
    Additional JS