Hot
    Responsive Ads
    Home Tekno

    China Semakin Agresif di Ranah AI, Enam Teknologi Ini Jadi Sorotan Global

    3 min read

    -
    China Semakin Agresif di Ranah AI, Enam Teknologi Ini Jadi Sorotan Global

    Chaerudin Umar
    Tim Redaksi

    DeepSeek/HARIANEXPRESS.com

    China kian menunjukkan taringnya di ranah teknologi global, khususnya dalam pengembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Dalam beberapa bulan terakhir, Negeri Tirai Bambu memamerkan sederet teknologi AI yang menjadi buah bibir dunia, mulai dari DeepSeek dan Manus AI, hingga chip kuantum super cepat Zuchongzhi-3. Ketiganya bukan sekadar pencapaian teknologi biasa, melainkan simbol ambisi besar China untuk menyaingi dominasi Amerika Serikat di industri AI.

    Meskipun menghadapi berbagai sanksi dan pembatasan teknologi dari AS sejak era Donald Trump, China justru semakin agresif membangun ekosistem AI-nya sendiri. Tak heran, persaingan dua raksasa dunia ini pun makin memanas. Lantas, apa saja inovasi AI asal China yang siap menantang dominasi Amerika?

    DeepSeek: Gebrakan dari Hangzhou

    DeepSeek menjadi salah satu gebrakan terbesar China dalam teknologi AI. Dikembangkan oleh perusahaan rintisan High Flyer asal Hangzhou, aplikasi ini langsung mencuri perhatian dunia.

    Sejak diluncurkan, DeepSeek sempat menduduki peringkat teratas aplikasi gratis di Apple App Store di 111 negara dan merajai Google Play Store di 18 negara. Popularitasnya didorong oleh kemampuan menjawab pertanyaan, menganalisis data, hingga membuat konten kreatif dengan efisiensi tinggi.

    “DeepSeek hadir bukan sekadar chatbot biasa, tetapi sebagai penantang serius OpenAI dan Google,” tulis laporan resmi High Flyer.

    Kesuksesan ini ditopang dua model andalan: DeepSeek V3 dengan arsitektur *Mixture-of-Experts* berisi 671 miliar parameter, serta DeepSeek R-1 yang dirancang untuk bernalar kompleks. Menariknya, R-1 dikembangkan menggunakan chip spesifikasi rendah, namun tetap mampu menyamai performa model kelas atas dalam logika berantai, matematika, hingga pemrograman.

    Manus AI: Agen Otonom yang Revolusioner

    Diluncurkan pada 6 Maret 2025 oleh startup Monica, Manus AI menghadirkan terobosan baru. Dirangkum dari opencv.org, teknologi ini dirancang untuk menjembatani niat manusia dengan eksekusi nyata.

    “Berbeda dengan asisten AI tradisional, Manus AI mampu merencanakan, mengeksekusi, hingga menyelesaikan pekerjaan secara otomatis,” demikian pernyataan pengembang.

    Dengan arsitektur multi-agen, sistem ini bekerja layaknya manajer yang mengatur tim spesialis. Manus AI bisa memecah tugas besar menjadi bagian kecil yang dijalankan paralel, membuatnya lebih unggul dibanding sistem konvensional. Pengguna bahkan dapat memantau seluruh proses secara real-time.

    Baidu ERNIE: Multimodal dengan Logika Kompleks

    Baidu melanjutkan tradisinya dengan meluncurkan ERNIE X1 dan ERNIE 4.5 pada Maret 2025. Model ini menawarkan kemampuan multimodal serta penalaran tingkat tinggi.

    “ERNIE X1 mampu merencanakan, menilai berbagai kemungkinan, hingga menggunakan alat bantu secara mandiri,” ungkap riset Baidu.

    Sementara ERNIE 4.5 dirancang sebagai model multimodal murni yang bisa mengolah teks, gambar, audio, dan video sekaligus. Keduanya ditopang teknologi *Progressive Reinforcement Learning* dan *Mixture-of-Experts* yang membuat proses belajar lebih efisien.

    Alibaba Qwen: Fokus pada Bisnis dan Multimodal

    Alibaba tak mau ketinggalan lewat model Qwen 2.5. Varian Qwen 2.5-VL dirancang untuk memahami teks, gambar, grafik, hingga video berdurasi panjang. Ia bahkan bisa mengonversi data tidak terstruktur menjadi format rapi seperti JSON.

    “Qwen 2.5-Max menunjukkan keunggulan dalam penalaran logis dan pemecahan masalah, bahkan melampaui GPT-4o,” tulis laporan Alibaba Cloud.

    Dengan kemampuan tersebut, Qwen diarahkan untuk kebutuhan bisnis, mulai dari layanan pelanggan hingga otomatisasi alur kerja.

    Tencent Hunyuan T1: Presisi Tinggi, Minim Kesalahan

    Tencent memperkenalkan Hunyuan T1 sebagai pesaing baru DeepSeek. Dalam uji perbandingan, model ini mencetak skor lebih tinggi dalam kategori pengetahuan dan penalaran dibanding DeepSeek maupun GPT-4.5 dari OpenAI.

    “Hunyuan T1 menawarkan hasil logis, rapi, dan minim kesalahan, menjadikannya salah satu model paling akurat milik Tencent,” tulis pengumuman resmi perusahaan di WeChat.

    Kehadiran model ini menandai semakin ketatnya persaingan AI domestik China. Tencent bahkan menyiapkan peningkatan investasi besar-besaran di bidang AI pada 2025.

    ByteDance Goku AI: Konten Hiper-Realistis

    ByteDance, induk TikTok, meluncurkan Goku AI sebagai model open-source untuk menciptakan gambar dan video hiper-realistis. Dengan teknologi *Rectified Flow Transformer*, Goku menyusun video bertahap agar transisi halus dan natural.

    “Dalam uji benchmark, Goku AI berhasil mengungguli pesaing seperti Luma dan Open-Sora,” ungkap laporan teknis ByteDance.

    Goku AI mampu menciptakan avatar digital, demo produk, hingga konten pemasaran. Dengan kekuatan visualnya, Goku menjadi pesaing nyata bagi OpenAI Sora dan Google Veo.

    Pergeseran Pusat AI ke Timur

    Enam inovasi besar ini menunjukkan ambisi China untuk menyaingi, bahkan melampaui, dominasi Amerika Serikat di bidang AI. Dari efisiensi biaya, kemampuan multimodal, hingga presisi tinggi, teknologi AI buatan China kini menjadi perhatian dunia.

    Dengan langkah agresif raksasa-raksasa teknologi seperti Baidu, Alibaba, Tencent, hingga ByteDance, tampaknya dominasi global AI tak lagi mutlak milik Barat. Babak baru persaingan kecerdasan buatan kini benar-benar dimulai dari Timur.

    Komentar
    Additional JS