Hot
    Responsive Ads
    Home Global News

    Bentrokan Demo Anti-Imigran di London, Puluhan Polisi Jadi Korban

    2 min read

    -
    Bentrokan Demo Anti-Imigran di London, Puluhan Polisi Jadi Korban

    Andi Naoli
    Tim Redaksi

    Bentrokan Demo Anti-Imigran di London, Puluhan Polisi Jadi Korban
    HARIANEXPRESS.com/DULMATIN

    LONDON, HARIANEXPRESS.com - Lebih dari 110.000 orang turun ke jalan di ibu kota Inggris, London, dalam aksi protes besar menentang imigrasi pada Sabtu (13/9/2025). Demonstrasi bertajuk “Unite the Kingdom” yang digagas oleh aktivis sayap kanan Tommy Robinson ini disebut sebagai salah satu aksi terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Namun, unjuk rasa tersebut berakhir ricuh, dengan sedikitnya 26 polisi terluka.

    Menurut laporan London’s Metropolitan Police, empat di antaranya mengalami cedera serius, mulai dari gigi patah, hidung retak, gegar otak, hingga cedera tulang belakang. Bentrokan terjadi setelah massa mencoba menerobos barikade dan menyerang aparat dengan kekerasan fisik maupun verbal.

    Asisten Komisaris Polisi, Matt Twist, menegaskan bahwa tidak semua peserta datang untuk menyuarakan aspirasi secara damai.

    “Tidak diragukan lagi banyak yang datang untuk menggunakan haknya berdemonstrasi secara sah, tetapi ada juga yang memang berniat melakukan kekerasan,” ujarnya. “Mereka menyerang petugas dengan kekerasan fisik dan verbal, serta berusaha keras menerobos barikade.”

    Hingga kini, polisi telah menangkap sedikitnya 25 orang. Namun, Twist menegaskan jumlah itu baru awal.

    “Mereka yang terlibat dalam kerusuhan akan menghadapi tindakan tegas dalam beberapa hari dan minggu ke depan,” tambahnya.

    Tommy Robinson, tokoh kontroversial bernama asli Stephen Yaxley-Lennon, menyebut aksi ini sebagai tonggak sejarah baru gerakan sayap kanan di Inggris.

    “Ini adalah percikan revolusi kultural di Inggris Raya. Ini momen kita,” kata Robinson di hadapan massa pendukungnya.

    Menurut Joe Mulhall dari lembaga pemantau ekstremisme Hope Not Hate, aksi tersebut bisa jadi merupakan “demonstrasi sayap kanan terbesar sepanjang sejarah modern Inggris.”

    Para peserta membawa bendera Union Jack, salib merah-putih St George, hingga bendera Amerika Serikat dan Israel. Sejumlah orang mengenakan topi merah bertuliskan *Make America Great Again* khas Donald Trump, sambil meneriakkan slogan anti-imigran seperti “Send them home”.

    Politisi sayap kanan Eropa, seperti Eric Zemmour dari Prancis dan Petr Bystron dari AfD Jerman, juga turut memberi dukungan simbolis atas aksi tersebut.

    Di sisi lain, sekitar 5.000 orang menggelar aksi tandingan di kawasan White Hall dengan tema “Stand Up to Racism”. Mereka membawa poster bertuliskan “Refugees Welcome” dan “Smash the Far Right”.

    Anggota parlemen kiri, Diane Abbott, menuding Robinson dan sekutunya menyebarkan narasi berbahaya yang memecah belah.

    “Kita harus berdiri bersama para pencari suaka, dan menunjukkan bahwa kita bersatu,” ujarnya kepada Sky News.

    Seorang guru bernama Ben Hetchin juga menyampaikan pandangan serupa.

    “Semakin kita menyambut orang, semakin kuat kita sebagai bangsa,” katanya kepada Reuters.

    Namun, kelompok Stand Up to Racism mengaku sempat mendapat serangan dari simpatisan Robinson saat aksi berlangsung.

    Kericuhan di London kali ini menegaskan meningkatnya ketegangan politik dan sosial di Inggris terkait isu imigrasi. Sementara satu pihak menyuarakan penolakan, pihak lain menekankan nilai solidaritas dan keberagaman. Situasi ini memperlihatkan betapa isu migrasi kini menjadi salah satu titik rawan polarisasi di masyarakat Inggris.

    Komentar
    Additional JS