Hot
    Responsive Ads
    Home Budaya Humaniora Wanita

    Program Pemberdayaan Dorong Perempuan Dayak Iban Jaga Tradisi Tenun

    2 min read

    -
    Program Pemberdayaan Dorong Perempuan Dayak Iban Jaga Tradisi Tenun

    Andre Tutong
    Tim Redaksi

    Program Pemberdayaan Dorong Perempuan Dayak Iban Jaga Tradisi Tenun
    HARIANEXPRESS.com/HARI RESPATI

    KALBAR, HARIANEXPRESS.com - Di pedalaman Kalimantan Barat, tepatnya di Kapuas Hulu, perempuan Dayak Iban tetap setia menjaga warisan leluhur. Mereka bukan sekadar ibu rumah tangga, melainkan penjaga tradisi tenun yang sarat nilai sejarah, identitas dan doa.

    Sejak usia belia, perempuan Iban sudah akrab dengan bunyi kayu pemintal dan aroma dedaunan yang digunakan sebagai pewarna alami. Bagi mereka, menenun bukan hanya keterampilan teknis, tetapi perjalanan spiritual yang menyatu dengan alam. Tiap motif pada kain adalah kisah leluhur, penghormatan terhadap hutan, sekaligus simbol kepercayaan yang diwariskan turun-temurun.

    Namun, di balik keindahan kain tenun, tersimpan kisah keterbatasan. Minimnya akses komunikasi, sulitnya transportasi, rendahnya pendidikan, hingga sempitnya peluang pemasaran menjadi tantangan sehari-hari.

    Tidak sedikit perempuan yang akhirnya harus meninggalkan kampung halaman demi bekerja ke luar negeri. Kepergian mereka bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tetapi juga menggerus tradisi menenun yang selama ini dijaga.

    Meski demikian, semangat perempuan Dayak Iban tak pernah padam. Dalam kesunyian dusun, mereka tetap merajut benang demi benang, menolak tunduk pada derasnya arus modernisasi. Bagi mereka, kain tenun bukan sekadar sumber ekonomi, melainkan kebanggaan, jati diri dan cara menjaga warisan leluhur agar tak hilang ditelan zaman.

    Motif-motif lahir dari alam: dedaunan, kulit pepohonan, hingga simbol-simbol kehidupan sehari-hari. Hasilnya bukan hanya kain, tetapi kanvas hidup yang sarat filosofi. Menenun bagi mereka adalah doa diam-diam, perlawanan sunyi dan harapan yang diikat dalam setiap simpul benang.

    Anak-anak perlahan diajak mengenal benang, motif dan cerita di balik setiap kain. Para ibu berharap generasi penerus tidak hanya bisa menenun, tetapi juga memahami makna yang hidup dalam setiap motif. Harapannya, tenun Iban tetap menjadi identitas komunitas mereka, bukan sekadar koleksi eksklusif di kota.

    Kini, perempuan Dayak Iban tak lagi berjalan sendirian. Mereka mendapat dukungan melalui program Aram Bekelala Tenun Iban yang digagas Yayasan Kawan Lama. Program ini membantu penenun meningkatkan keterampilan, memperdalam teknik pewarnaan alami, hingga mengenal cara memperluas pasar.

    Program ini dijalankan bersama berbagai pihak: Cita Tenun Indonesia, desainer Wilsen Willim, Lingkar Temu Kabupaten Lestari, National Geographic Indonesia, hingga Majalah Bobo yang mendukung pendidikan budaya bagi anak-anak penenun.

    Dengan pendampingan itu, para perempuan Dayak Iban semakin percaya diri bahwa warisan budaya yang mereka jaga akan terus hidup, berkembang dan menjadi kebanggaan bersama. Tak hanya bagi komunitas Dayak Iban, tetapi juga untuk Indonesia bahkan dunia.

    Komentar
    Additional JS